Naskah Drama Bahasa Indonesia
02:04:00Ini adalah naskah ujian praktek drama saya semasa SMA. Pada masa itu kasus Pembunuhan Mirna menjadi topik yang sedang hangat-hangatnya. Saat kami menulis naskah ini, hasil putusan pengadilan mengenai kasus ini belum tercipta, sehingga kami mengkreasikan cerita ini dengan beberapa cerita dan tokoh fiktif agar cerita ini menjadi lebih menarik, dan maaf kalau naskahnya jadi seperti persinetronan alay. Naskah ini dibuat oleh dua orang siswi SMA yang entah kebanyakan ide atau bahkan kebanyakan ide.
Judul :
Pembunuhan Mirna
Tokoh :
- Mirna
- Ayah Mirna/Darmawan
- Jessica
- Polisi/Krisna
- Hanie
- Detektif
- Arief
- Manajer
- Kian
- Pramusaji
Ket : Bold = Narasi, (...) = adegan
Saat musim
dingin datang, ketiga mahasiswi Billyblue College di Australia sedang
berbincang-bicang mengenai kelulusan yang sebentar lagi akan datang.
Mirna : Han, lo nanti lulus mau
ngapain?
Hanie : Belum tau nih, Mir
Jessica : Lo sendiri gimana sama Kian?, udah pacaran lama banget
nggak nikah-nikah...
(Mereka tertawa bersama)
Hanie : Masih mending gue ada, lo berdua mana?. Nggak
kelihatan.
Jessica : Sorry ya, gue mah ada. Anak pertambangan pula.
Mirna : Lo serius, Jess?. Kok nggak pernah cerita?.
Jessica : Hmm.., nggak sih... Dia temen SMA gue. Arief namanya.
Gue suka, sih, sama dia. Nggak tau deh dianya.
Mirna : Habis kelulusan kita ketemuan, yuk. Ajak Arief juga.
Siapa tau kita bisa bantu lo, Jess.
Di cafe, setelah kelulusan.
Mirna : Makin lengket aja lo berdua
Hanie : Iyadong, iyakan, babe?.
Kian : (Kian tersenyum dan menaikkan alis) Lo sekarang sama
siapa, nih, Mir?.
Mirna : Yaelah, nanti juga dateng sendiri.
(Jessica datang bersama
seseorang)
Jessica : Guys, sorry, ya,
gue telat. Ohiya, kenalin nih, temen gue, Arief. Lagi magang di sini sampe
minggu depan.
(Arief memperkenalkan diri
satu per satu)
Kian : Lulusan mana
lo?, Aussie juga?.
Arief : Nggak, gue kuliah di
UI. Lagi nyari kerjaan aja di sini.
Kian : Kerja di bidang
apaan?
Arief : Pertambangan, Ki
Mirna : Bokap gue kerja di
pertambangan, Rief, mau gue tanyain?
Arief : Boleh juga tuh,
Mir. Thanks, ya
(Arief tidak
bisa melepaskan pandangannya dari Mirna)
Hanie : Gue mau ke toilet,
nih. Ada yang mau ikut?.
Mirna & Jessica : Gue!
(Hanie, Mirna dan Jessica
pergi ke toilet)
Kian : Dasar cewek, ke
toilet aja rame-rame.
(Kian dan Arief terkekeh)
Kian : Eh, Rief, gue
perhatiin lo ngeliatin Mirna mulu. Demen lo ya
Arief : Apaan sih lo. Tapi
manis juga sih...
Kian : Lo mau kontaknya?
Arief : Emangnya lo ada?
Kian : Ada lah, cewek gue kan
temennya
Arief : Boleh dah, gue mau
nanya-nanya kerjaan sama bokapnya.
Kian : Ujung-ujungnya juga
lo nanya yang lain
Arief : Shhh, mereka udah
balik
(Hanie, Jessica dan Mirna
datang)
Jessica : Asik banget
ngobrolnya, ngobrolin apa, sih?.
Kian : Urusan cowok
(Lalu mereka tertawa)
(Hanie berbisik pada Kian)
Hanie : Babe, pulang, yuk
Kian : Kenapa emangnya?
Hanie : Aku nggak enak badan
Kian : Yaudah
Hanie : Guys, gue sama Kian
balik duluan ya, gue lagi nggak enak badan
Mirna : Oke, cepet sembuh,
ya, Han
(Hanie dan Jessica pergi)
Jessica : Rief, jadi balik
ke Jakarta minggu depan?
Arief: Nggak jadi, Jess
Jessica : Kenapa emangnya?
Arief : Gue punya alasan
untuk lebih lama di sini
(Jessica tersenyum tersipu
malu-malu)
Jessica : Lo selama di sini
tinggal di mana?
Arief : Gue nyewa apartemen
Jessica : Di apartemen gue
ada kamar kosong, lo mau pake?
Arief : Nggak usah, Jess
Di apartemen Kian
(Hanie mual-mual, ingin
muntah)
Kian : Kamu kenapa, babe, kamu sakit? (Memegang pundak
Hanie)
Hanie : Ki, aku mau ngomong
sesuatu, tapi kamu jangan marah ya
(Kian melepaskan tangan dari
pundak Hanie?
Kian : Iya, mau ngomong
apa,.
Hanie : Hmm..., Ki..., aku..
Kian : Kamu kenapa?.
Hanie : Aku hamil
Kian : (Terkejut) APA?. Kamu
bercanda, kan?.
Hanie : Aku nggak mungkin
becanda untuk hal seserius ini
Kian : Ah bacot! Belum tentu
itu anak gue!
Hanie : Kian..., mana
mungkin aku bohong, aku cuma begini sama kamu doang
Kian : Bohong!. Pergi lo
dari sini! (Mendorong Hanie ke tembok)
Hanie : Aw (Kesakitan),
Kian, sakit. Kamu kok gitu?. Ini beneran anak kamu, anak kita, Ki (Sambil
memegang perut)
Kian : Gue nggak peduli!
Pergi lo! Jangan pernah balik kesini dan jangan lo berani ngomong ke siapapun
(Kian menarik tangan Hanie
dan memaksanya keluar dari apartemennya)
Arief dan Mirna pun
berpacaran dan akhirnya menikah. Jessica pun sangat marah, namun tidak ada yang
bisa ia lakukan selain mengikhlaskan mereka.Dua tahun kemudian, Hanie, Mirna
dan Jessica dipertemukan kembali dalam acara reuni alumni Indonesia Billyblue
Collage Australia.
Mirna : Guys, kangen banget
sama kalian udah lama nggak ketemu
Jessica : Lo kurusan, Mir
Mirna : Masa sih? (Mirna
terkekeh). Ohiya, kalian siap-siap jadi tante, ya
Jessica : Hah?, maksud lo
apa, Mir?
Mirna : Guys, masa nggak
ngerti, sih?
Hanie : Astaga, Mirna, lo
hamil?. Congratulations yaa. Ya ampun, udah mau punya anak aja lo, Mir.
Jes kok lo diem aja? Temen kita hamil nih
Jessica : Oh iya, selamat
ya, Mir
Mirna : Thanks ya guys. Buat merayakan ini,
gimana kalau kita ketemuan di Café Oliver GI rabu depan?. Jangan ngaret ya!
Hanie : Asik! Di traktir,
nih
(Mirna tersenyum)
Jessica : Deket-deket GI ada
klinik nggak, ya?
Mirna : Nggak tau juga deh,
mau ngapain emangnya?
Jessica : Gue ada perlu nih
Sekitar pukul 9, Jessica sampai di Mall
Grand Indonesia. Karena waktu janjian mereka masih lama, ia pun memutuskan
untuk berbelanja
Pukul 10 di Café Oliver
Pramusaji : Siang, mau pesen apa,
mba?
Jessica : Kopi Vietnam-nya
tiga ya, mba
Pramusaji : Ada lagi?
Jessica : Itu aja
(Kopi datang)
Pramusaji : Silakan, ini kopinya, mba
Jessica : Makasih
Hanie dan Mirna datang
Mirna : Wah, udah dateng aja
lo, Jess. Dari jam berapa?
(Mirna dan Hanie duduk)
Jessica : Jam 9, Mir. Gue tadi ada urusan.
Abis belanja juga. Ohiya, lo berdua udah gue pesenin kopi, kok
Hanie : Baik banget lo,
Jess, nggak usah repot-repot kali. Tapi thanks ya
(Hanie menaruh sesuatu ke
gelasnya, lalu menukarnya dengan gelas Mirna)
(Mirna meminum kopi)
Mirna : Kok rasa kopi gue
aneh, ya?
Hanie : Coba gue icip, Mir,
menjilat kopi Mirna) Ih iya kok rasanya aneh sih?, (Mengelap lidahnya dengan
tissue) Jess, cobain deh
Jessica : (Mengendus kopi Mirna), iya baunya aneh
(Mirna kejang-kejang lalu
mulutnya berbusa. Mirna pun jatuh dari kursi dan tergeletak di lantai. Badannya
masih kejang-kejang)
Hanie : Mirna! Lo kenapa?
Tolong! Tolongin temen saya!
Pramusaji: Astaghfirullah, mba ini
kenapa? (Sambil langsung mengelap mulut mirna)
Hanie : Nggak tau, sehabis
minum kopi dia langsung begini. Ada kandungan apa dalam kopinya?
Pramusaji : Nggak ada apa-apa, mba,
saya sendiri yang buat kopinya
Hanie : Jess, bantu gue,
Jess, Mirna gimana ini?
Jessica : Gue nggak tau, Han, Mir? Mirna? (Tetap tenang)
Manajer : Ada apa ini? Mba
ini kenapa? Lebih baik segera hubungi kerabatnya
Hanie : Baik, saya akan
hubungi suaminya
(Di telfon)
Hanie : Rief, Mirna, Rief.
Mirna kejang-kejang. Mulutnya berbusa.
Rief: Hah?! Kok bisa?!
Hanie : Gue nggak tau, cepet
ke sini
Arief : Oke, gue ke sana
sekarang
Pramusaji : Mbak, temennya udah nggak
bergerak. Nafasnya juga berhenti (Menaruh jari di bawah hidung Mirna)
Hanie : Mir! Bangun, Mir!,
bangun!. Tolong! Siapapun tolong hubungin polisi
(Telfon)
Manajer : Selamat siang,
pak, di café saya ada yang kejang-kejang dan mulutnya berbusa. Sekarang udah
dia sudah nggak bergerak. Tolong segera ke Café Oliver mall Grand Indonesia
sekarang, pak
Polisi : Baik, kami akan
segera ke sana
(Arief datang)
Arief : Jess, Mirna mana?
Jessica : Di dalam, Rief,
lagi di urus sama pegawai café dan Hanie
Arief : Mirna! Mir, bangun,
Mir. Gimana ceritanya Mirna bisa begini, Han?
Hanie : Gue nggak tau, Rief.
Tadi kita lagi minum kopi terus Mirna langsung kejang-kejang
(Menangis memanggil-manggil
Mirna)
Tak lama kemudian, polisi
pun datang dan membawa mayat Mirna ke rumah sakit untuk diotopsi. Berita
kematian Mirna seketika tersiar di seluruh media masaa .
Dikantor polisi
Hanie, Arief, Jessica, Pramusaji, dan manajer kafe Oliver
berkumpul di ruang tunggu polsek Jakarta Pusat untuk dimintai keterangan
Arief : Sialan!, gue baru
mau jadi bokap, istri gue malah meminggal. Siaal, istri gue meninggal! Mirna
meninggal! Argh! (Sambil menangis dan memukul tembok)
Hanie : Yang tabah, ya,
Rief. Gue juga nggak nyangka. Padahal hari ini niatnya kita mau ngerayain
kehamilan Mirna. Gue minta maaf ya, Rief
Arief : Mirna.. Kenapa kamu
tinggalin aku? (Arief kembali memukul-mukul tembok)
Polisi : Mohon maaf saudari
Hanie dan saudairi Jessica tolong segera keruangan saya
Hanie dan jessica mendapat
giliran pertama untuk di mintai keterangan.
Polisi : Tolong ceritakan
kronologis kematian nyonya Wayan Mirna Salihin
Hanie : Jadi kami bertiga
lagi ngopi pak, terus Mirna sempat ngeluh kalau kopinya rasanya aneh. Saya juga
sempat mencoba tapi cuma menjilat aja. Terus Mirna langsung kejang-kejang dan
mulutnya berbusa
Polisi : Memangnya kopi apa
yang dipesan Mirna?
Hanie : Jessica yang
pesankan kopi itu, 0-&
Jessica : Kopi Vietnam, pak
Polisi : Kenapa Anda yang
pesan?
Jessica : Saya datang
kepagian, pak, jadi saya pesankan aja duluan
Polisi : baik trimalasih
atas keterangannya
Pak polisi mulai menaruh
kecurigaan terhadap Jessica. Lalu polisi mengintrogasi manajer dan Pramusaji
Polisi : Tolong ceritakan
kronologis kematian Mirna
Pramusaji : Sejak jam 10 pagi temannya mbak
mirna, mbak Jessica sudah datang, nah, lalu ia memesan 3 cangkir kopi sekaligus
untuk teman-temannya. Saya sendiri kok, pak, yang buat kopinya. Saya nggak
merasa memasukkan apapun ke dalamnya
Manajer : Kami heran
pada mbak Jessica, pak. Ia terlihat sangat tenang, nyaris tidak panik sama
sekali. Ia hanya melihat dan tidak membantu kami
Polisi : Baik, termakasih
atas informasinya
Detektif bersama dengan
polisi melakukan penyidikan terhadap kematian Mirna.
Polisi : Ini bukan kasus yang
enteng, bu
Detektif : Benar sekali,
pak. Saya menemukan kandungan sianida dengan kadar 15mg di kopi Mirna.
Polisi : Hah? Besar sekali
kandungannya. Itu cukul untuk membunuh 150 orang. Lalu bagaimana pendapat ibu?
Siapakah pelakunya,
Detektif : Saya masih
mencari tahu, pak. Yang jelas bukan kesalahan dari kafe tersebut pak. Saya juga
menemukan pentunjuk dari pantauan CCTV kafe tersebut.
Polisi : Apa itu?
Detektif : Dalam rekaman
CCTV, Jessica datang jauh lebih dulu daripada Mirna dan Hanie. Dan ia menutupi
cangkir-cangkir kopi yg dipesannya dibelakang tas belanjanya sehingga tidak
terlihat di CCTV
Polisi : Saya juga ada sedikit
perasaan curiga pada Jessica. Saat di intervew, ia terlihat sangat tenang. Masa
ada orang setenang itu padahal teman dekatnya meninggal didepan matanya
Detektif : Jessica juga
terbukti yang membuang celana yang ia kenakan saat hari meninggalnya
Mirna.
Polisi : Hmm..., oke, bu,
selanjutnya kami yang akan urus. Kami juga akan menghubungi pihak kepolisian
Austalia untuk mencari info lebih lanjut
Sementara itu, media massa
sudah memberitakan mengenai spekulasi kematian Mirna. Jessica telah dicurigai
oleh masyarakat sebagai penbunuh Mirna karena sikapnya yang selalu tenang, dan
semua bukti mengarah kepadanya.
Keesokan harinya, ayah Mirna
datang ke kantor polisi dengan keadaan sangat madah
Darmawan : Pak, saya ayah
dari Mirna. Saya meminta keadilan bagi anak saya. Saya minta kasus ini
diselesaikan secepatnya dan pelaku diberi hukuman seberat-beratnya. Hukum mati
sekalian, pak
Polisi : Mohon tenang dulu, pak.
Kami sedang melakukan penyelidikan terhadap kasus ini
Darmawan : Saya punya bukti yang
otentik
Polisi : Apa itu?
Darmawan : Saya juga mencari
info untuk menyelesaikan kasus ini. Dulu Jessica adalah teman dekat SMA suami
Mirna dan Jessica sempat jatuh cinta kepadanya.
Polisi : Bapak tahu dari
mana?.Kami butuh informasi yang akurat dan didasari bukti
Darmawan : Saya tau dari
teman dekat mereka pak, Hanie.
Polisi : Kalau begitu, kami akan
hubungi saudari Hanie dan Jessica
Akhirnya Jessica ditetapkan
sebagai tersangka setelah dilakukan penyelidikan sedemikian rupa. Polisi
kembali memanggil Hanie dan Jessica untuk rekonstruksi ulang dan diinterogasi
kembali. Hanie yang diintrograsi duluan.
Polisi : Saudari Hanie,
menurut ayah korban, dulu saudari Jessica sempat jatuh cinta pada Arief, suami
korban. Apa itu benar?
Hanie : Iya pak. Dulu rencananya
malah saya dan Mirna mau bantu dia untuk dekat dengan Arief. Eh tapi Arief
malah suka sama Mirna. Sempat ada konflik dingin antarmereka karena masalah ini
Polisi : Bagaimana reaksi
Jessica saat melihat Mirna kejang-kejang di kafe,
Hanie : Nah itu, saya juga
heran. Dia tenang sekali. Bahkan nggak bantu sama sekali. Dia cuma diem aja.
Sesekali memanggil-manggil nama Mirna. Ohiya, pak, seminggu beleum itu, Jessica
pernah nanya soal ada atau tidaknya klinik dekat GI
Polisi : Termakasih saudari
Hanie atas informasinya
Lalu Jessica pun diintrogasi.
Polisi : Saudari Jessica,
apa alasan Anda datang jauh lebih dulu daripada waktu yang sudah ditentukan
pada hari kejadian?
Jessica : Saya ada keperluan
pak
Polisi : Keperluan apa? Kata
seorang saksii, Anda
menanyakan soal klinik di seputar GI
Jessica : Saya mau beli obat
untuk ibu saya
Polisi : Saya juga mendapat
laporan bahwa Anda membuang celana jeans yang Anda kenakan pada saat kejadian?
Jessica : Saya buang itu
karena sobek. Nggak masuk akal, nggak ada hubungannya sama semua ini.
Bapak curiga sama saya? Saya berani sumpah kok, pak, bukan saya pelakunya
Polisi : Sumpah Anda tidak
artinya kalau tidak bukti. Lagipula semua bukti mengarah pasa Anda.
Jessica : Lho? Kenapa kalian
semua sangat memberatkan? Emang kalo saya datang kepagian, terus karna saya
buang celana saya, terus saya tersangkanya? Konyol sekali ya pemikiran para
polisi
Polisi : Anda kok bisa
tenang-tenang saja saat mirna kejang-kejang? Selama introgasi Anda juga tidak
terlihat panik sama sekali. Apa Anda tidak sedih melihat teman anda meninggal
di depan mata Anda sendiri?
Mirna : Siapa bilang saya
nggak sedih? Saya nyaris depres karena kasus ini. Saya sudah berteman dengan
Mirna selama tujuh tahun. Saya terlihat tenang ya emang karna saya orangnya tenang.
Saya tidak suka terlihat lemah di depan banyak orang.
Polisi : Baik saudari
Jessica, Anda telah kami tetapkan sebagai tersangka. Mau Anda mau mengakui atau
tidak ini sudah keputusan final. Anda ditahan sampai pegadilan memutuskan
hukuman untuk anda
Jessica : (Sambil diborgol)
Apa-apan ini? Bukan saya pelakunya. Sumpah pak. Ini nggak adil!
(Polisi menelfon Hanie)
Polisi : Saudari Hanie, kami
telah menetapkan saudari Jessica sebagai tersangka
Hanie : Astaga, jadi beneran
Jessica pelakunya? Saya nggak pak, persahabatan kami berakhir tragis.
Terimakasih ya, pak. Tolong diproses sampai selesai.
Polisi : Baik. Terimakasih
atas kerjasamanya saudari Hanie.
(Telfon diputus)
(Hanie berbicara pada dirinya
sendiri)
Hanie : Dasar polisi bodoh!.
Padahal kan gue yang bunuh (Tersenyum licik). Sorry, Jess...
(Memamerkan sebungkus
Sianida)
(Merobek foto mereka
bertiga)
Ternyata
Hanie yang membunuh Mirna. Dengan sedemikian rupa, ia berhasil membutakan semua
orang dengan kelicikannya. Semua orang dibuat percaya bahwa Jessica adalah
pelakunya. Hanie melakukan hal ini depresi akibat masa lalunya yang keguguran
secara tragis. Hal itu membuatnya dirinya benci pada setiap orang hamil.