Millenials Benci Identitasnya (Kaitan Generasi Millennials dengan Psikologi)
23:39:00
Belakangan ini generasi millennials menjadi topik populer di masyarakat. Tetapi sebenarnya, apa yang di maksud dengan generasi millennials? Dan siapa saja orang-orang yang termasuk di dalamnya?
Generasi millennials (disebut juga generasi Y) adalah sekelompok orang yang lahir pada kisaran tahun 1980-2000an atau berusia sekitar 18-38 pada tahun ini. Generasi ini dapat dikatakan sebagai generasi internet karena orang-orang yang termasuk di dalamnya lahir dan berkembang bersama internet. Pola pikir dan karakter generasi ini penuh ide-ide visioner dan inovatif untuk melahirkan generasi yang memiliki pengetahuan dan penguasaan IPTEK. Selain itu, mereka juga lebih kreatif dan ekspresi dalam penyampaian ide-ide tersebut. Perkembangan IPTEK yang luas dan mengglobal membuat orang dengan beragam usia dapat dengan mudahnya berkecimpung dalam internet/media sosial. Hal-hal tersebut terjadi akibat kemudahan akses internet dan kecepatan informasi yang dikirimkan dan diterima setiap orangnya.
Generasi millennials punya cara-cara unik mereka sendiri dalam menyebarkan informasi, hiburan dan mempromosikan sesuatu. Sebagai contoh, seseorang yang belum diketahui identitasnya membuat sebuah akun Instagram berkedok model virtual untuk mempromosikan produk (kebanyakan produk kecantikan). Akun bernama @lilmiquela ini berisi foto-foto seorang wanita dewasa awal dengan tubuh dan postur selayaknya manusia di dunia nyata, namun wajahnya direkonstruksi melalui berbagai perangkat lunak untuk membuatnya menjadi animasi 3D yang sangat mirip dengan wajah manusia. Selain bertujuan untuk memasarkan produk, @lilmiquela juga perlahan-lahan merambah ke dunia hiburan lainnya seperti bernyanyi. Ia telah merilis lagu berjudul Not Mine dan berhasil menduduki peringkat atas di layanan musik streaming sekelas Spotify. Suara @lilmiquela di lagu tersebut terdengar seperti wanita normal yang diberi autotune sehingga menghasilkan efek robotik. Model/seniman virtual seperti @lilmiquela ini bukan yang pertama, banyak juga seniman virtual lainnya yang semakin inovatif.
Banyak hal yang mungkin terjadi dalam kasus ini jika dikaitkan dalam hal psikologis. @lilmiquela dapat dikatakan tengah berada di tingkatakan Keintiman vs. Isolasi menurut teori perkembangan psikoseksual Erik Erikson. Pada tahap ini, dewasa muda mulai mengalami perkembangan pembentukan relasi dengan oranglain. Mereka akan berusaha untuk mengenal orang lain secara sangat dekat, atau masuk ke hubungan yang intim. Jika hal tersebut tidak dapat tercapai maka akan timbul rasa kegagalan yang seakan membuat diri mereka merasa terisolasi. Mungkin sosok dibalik karakter @lilmiquela adalah satu dari banyaknya orang yang belum berhasil menghadapi tahapan ini sehingga ia merasa terisolasi, seolah tidak puas dengan dirinya sendiri (dalam hal ini penampilan fisiknya). Ia kemudian mencari caranya sendiri dengan membuat gambaran kesempurnaan versinya melalui karakter @lilmiquela. Selain itu yang ia cari juga uang dari setiap modeling itu serta popularitas yang semakin mengiring namanya ke puncak. Biasanya orang-orang yang melakukan hal tersebut bisa jadi mendapat penolakan oleh teman-temannya di dunia nyata sehingga mereka mencari pelarian mereka sendiri dalam hal ini berupa sosial media Instagram untuk secara tidak langsung mendapatkan pengakuan dan menaikkan harga diri mereka sendiri.
Dalam generasi millennials, pemalsuan atau penyamaran identitas memang seringkali dilakukan. Mereka cenderung membuat atau memamerkan kebaikan-kebaikannya dalam sosial media (dalam hal ini Instagram) dan cenderung menutupi hal-hal yang memojokkannya. Saya mengambil contoh diri saya sendiri dalam menjelaskan hal ini. Saya memiliki tiga akun Instagram yang berbeda untuk tiga hal yang berbeda. Saya rasa ketiga kepentingan saya tersebut tidak bisa digabungkan satu dengan lainnya. Akun publik saya gunakan untuk kepentingan hiburan saya, dengan demikian orang-orang yang saya ikuti hanyalah pekerja di dunia hiburan dan beberapa teman dekat. Akun semiprivat saya gunakan untuk mengikuti teman-teman baru atau teman-teman yang tidak terlalu dekat juga akun-akun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) atau acara-acara kampus. Sedangkan akun privat lebih saya gunakan untuk berkomunikasi dengan teman-teman yang benar-benar dekat dengan saya. Ketiganya memang merupakan kepentingan yang sama nilainya untuk saya. Hanya saja menurut saya ketiga kepentingan tersebut tidak cocok dijadikan satu.
Sosial media/internet dan generasi millennials sudah menjadi kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Namun bukan berarti semua hal yang terpampang di sosial media/internet sudah teruji validitasnya dan bisa dipercayai begitu saja. Sebaiknya sebagai generasi millenials yang sudah lebih mengerti akan dampak positif dan negatif dari teknologi, kita harus lebih mencermati setiap hal atau berita online yang ada. Kita harus menguji/mencari kecocokan berita di berbagai sumber agar informasi yang kita dapatkan dapat dijadikan pegangan. Jangan mudah percaya juga terhadap setiap orang yang kita temui di sosial media/internet, karena bisa saja mereka hanya sedang memaikan karakter atau hanya sedang bermain dalam pencitraan yang mereka buat sendiri. Gunakanlah internet dengan lebih bijak!
Daftar pustaka:
Papalia, Diane E. 2012. Experience Human Development. Jakarta. Salemba Humanika.
https://rumahmillennials.com/siapa-itu-generasi-millenials/#.Wqtj6GpuY2w