Mencari Pasangan Lewat Internet? Benar-Benar Nyata atau Palsu Semata?
02:31:00
Millennials atau kadang juga disebut dengan generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah Generasi X, yaitu orang yang lahir pada kisaran tahun 1980-2000an. Millennials sendiri dianggap sebagai generasi yang selalu terkoneksi dan berkaitan dengan internet dengan segala aspek. Mulai dari belajar, berkerja, berbagi informasi dan berkomunikasi. Menurut Achmad S. Ruky, komunikasi merupakan proses pemindahan dan pertukaran pesan, dimana pesan ini dapat berbentuk fakta, gagasan, perasaan, data atau informasi dari seseorang kepada orang lain. Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk mempengaruhi dan/atau mengubah informasi yang dimiliki serta tingkah laku orang yang menerima pesan tersebut.
Kelancaran komunikasi semakin terjamin sejak semakin berkembangnya teknologi. Munculnya aplikasi yang menyediakan layanan obrolan (chatting) 24 empat jam non-stop seperti Line atau WhatsApp semakin mempermudah terciptanya komunikasi tersebut. Pengguna dapat berkomunikasi dengan keluarga, kerabat, pasangan bahkan orag asing dengan mudahnya. Salah satu aplikasi yang paling populer dalam menyajikan obrolan 24 jam non-stop dengan orang asing adalah Tinder. Tinder adalah aplikasi yang menyediakan obrolan antarorang asing. Pengguna juga dapat mengatur jenis kelamin, lokasi dan rentang usia orang asing yang akan mereka jumpai. Lalu pengguna dapat menggeser ke kanan untuk menyukai orang asing tersebut dan ke kiri apabila tidak menyukai orang tersebut. Tinder membantu orang dari berbagai rentang usia di banyak negara berkomunikasi dengan satu tujuan, yaitu untuk mendapatkan seorang kenalan baru. Tidak jarang aplikasi ini menjurus pada hubungan yang lebih dari sekadar pertemanan, yaitu sebuah hubungan romantis yang lebih serius.
Selain Tinder, banyak bermunculan aplikasi lainnya yang serupa yang juga menyediakan layanan obrolan 24 jam dengan orang asing seperti OKCupid. OkCupid adalah situs kencan online, persahabatan, dan jejaring sosial online berbasis-Amerika yang secara internasional beroperasi yang menampilkan pertanyaan pilihan ganda untuk mencocokkan anggota. Seorang teman penulis, seorang perempuan mahasiswa Gunadarma (sebut saja P) pernah mencoba menggunakan aplikasi kencan online tersebut. Awal mulanya ia dapat terjun menggunakan aplikasi tersebut adalah saat ia sedang liburan panjang dan mencoba mengisi kekosongan dan kejenuhan di waktu libur tersebut. Ia hanya coba-coba mengunduh aplikasi tersebut karena penasaran. Ia mengatur lokasi kemungkinan orang asing yang akan dijumpai di Depok dan sekitarnya. Kemudian ia berhasil cocok dengan seorang pemuda semester akhir juga sedang berkuliah di kampus sekitar Depok. Pemuda tersebut mengajaknya berkenalan lalu meminta akun Line P. Akhirnya mereka berbincang dalam aplikasi Line. Mulai dari obrolan sederhana hingga obrolan yang mulai membuat P merasa tidak nyaman. Seperti: "Pernah melakukan apa aja sama cowok?" P mulai tidak nyaman dengan topik pembicaraan saat pemuda tersebut mulai menceritakan pengalamannya tentang perilaku seksual yang sering ia lakukan. Pemuda tersebut juga mengajak P untuk bertemu secara langsung (kopi darat) namun P menolak hal tersebut dan akhirnya mereka memutuskan hubungan satu sama lain. P mengaku tujuan utamanya menggunakan aplikasi kencan online tersebut hanya untuk mencari kenalan dan teman baru, bukannya untuk melakukan hal-hal seksual tersebut.
Hal semacam itu sering sekali dijumpai pada aplikasi kencan online. Ada segelintir orang yang menggunakan aplikasi kencan online tersebut hanya sebatas untuk mencari pasangan dengan hasrat seksual yang sama, mengajak mereka bertemu lalu melakukan hal-hal yang tidak pantas tersebut. Mereka tidak benar-benar memiliki niat untuk mengenal orang tersebut lebih jauh dalam kehidupan nyatanya di dunia nyata
Dalam pencarian pasangan melalui aplikasi kencan online, sering juga didapati orang yang memalsukan identitas mereka agar dipandang sempurna oleh lawan bicara mereka. Seperti menggunakan nama dan foto palsu, hingga menciptakan karakteristik sempurna yang menjadi standar ideal bagi oranglain. Obrolan melalui dengan orang asing di dunia maya memang sering kali lebih berkualitas daripada berbicara secara langsung sebab kita berbicara dengan orang yang memiliki minat yang sama dengan kita. Kualitas pembicaran adalah hal yang menjadi nomor satu tanpa di latar belakangi oleh penampilan fisik. Tidak jarang juga dijumpai kasus-kasus kopi darat yang mengecewakan seperti orang yang datang tidak sesuai dengan apa yang mereka lihat pada foto di sosial media. Hal tersebut yang membuat beberapa orang yang mengaku kurang memiliki fisik yang menarik lebih menyukai pembicaraan melalui media sosial atau internet. Sebab yang menjadi daya tarik nomor satu dari diri mereka adalah kelancaran komunikasi tersebut.
Pencarian pasangan baik secara langsung ataupun media sosial sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang dapat melengkapi satu sama lain. Namun yang harus kita ingat sebagai generasi millennials adalah kita harus benar-benar selektif dalam berteman dan memilih orang-orang yang akan secara nyata kita jadikan sebagai pasangan romantis di dunia nyata. Jangan sampai kita terbutakan dengan karakteristik palsu standar ideal yang tercipta dari masyarakat yang akan mengelabui pemikiran jernih kita.
Kelancaran komunikasi semakin terjamin sejak semakin berkembangnya teknologi. Munculnya aplikasi yang menyediakan layanan obrolan (chatting) 24 empat jam non-stop seperti Line atau WhatsApp semakin mempermudah terciptanya komunikasi tersebut. Pengguna dapat berkomunikasi dengan keluarga, kerabat, pasangan bahkan orag asing dengan mudahnya. Salah satu aplikasi yang paling populer dalam menyajikan obrolan 24 jam non-stop dengan orang asing adalah Tinder. Tinder adalah aplikasi yang menyediakan obrolan antarorang asing. Pengguna juga dapat mengatur jenis kelamin, lokasi dan rentang usia orang asing yang akan mereka jumpai. Lalu pengguna dapat menggeser ke kanan untuk menyukai orang asing tersebut dan ke kiri apabila tidak menyukai orang tersebut. Tinder membantu orang dari berbagai rentang usia di banyak negara berkomunikasi dengan satu tujuan, yaitu untuk mendapatkan seorang kenalan baru. Tidak jarang aplikasi ini menjurus pada hubungan yang lebih dari sekadar pertemanan, yaitu sebuah hubungan romantis yang lebih serius.
Selain Tinder, banyak bermunculan aplikasi lainnya yang serupa yang juga menyediakan layanan obrolan 24 jam dengan orang asing seperti OKCupid. OkCupid adalah situs kencan online, persahabatan, dan jejaring sosial online berbasis-Amerika yang secara internasional beroperasi yang menampilkan pertanyaan pilihan ganda untuk mencocokkan anggota. Seorang teman penulis, seorang perempuan mahasiswa Gunadarma (sebut saja P) pernah mencoba menggunakan aplikasi kencan online tersebut. Awal mulanya ia dapat terjun menggunakan aplikasi tersebut adalah saat ia sedang liburan panjang dan mencoba mengisi kekosongan dan kejenuhan di waktu libur tersebut. Ia hanya coba-coba mengunduh aplikasi tersebut karena penasaran. Ia mengatur lokasi kemungkinan orang asing yang akan dijumpai di Depok dan sekitarnya. Kemudian ia berhasil cocok dengan seorang pemuda semester akhir juga sedang berkuliah di kampus sekitar Depok. Pemuda tersebut mengajaknya berkenalan lalu meminta akun Line P. Akhirnya mereka berbincang dalam aplikasi Line. Mulai dari obrolan sederhana hingga obrolan yang mulai membuat P merasa tidak nyaman. Seperti: "Pernah melakukan apa aja sama cowok?" P mulai tidak nyaman dengan topik pembicaraan saat pemuda tersebut mulai menceritakan pengalamannya tentang perilaku seksual yang sering ia lakukan. Pemuda tersebut juga mengajak P untuk bertemu secara langsung (kopi darat) namun P menolak hal tersebut dan akhirnya mereka memutuskan hubungan satu sama lain. P mengaku tujuan utamanya menggunakan aplikasi kencan online tersebut hanya untuk mencari kenalan dan teman baru, bukannya untuk melakukan hal-hal seksual tersebut.
Hal semacam itu sering sekali dijumpai pada aplikasi kencan online. Ada segelintir orang yang menggunakan aplikasi kencan online tersebut hanya sebatas untuk mencari pasangan dengan hasrat seksual yang sama, mengajak mereka bertemu lalu melakukan hal-hal yang tidak pantas tersebut. Mereka tidak benar-benar memiliki niat untuk mengenal orang tersebut lebih jauh dalam kehidupan nyatanya di dunia nyata
Dalam pencarian pasangan melalui aplikasi kencan online, sering juga didapati orang yang memalsukan identitas mereka agar dipandang sempurna oleh lawan bicara mereka. Seperti menggunakan nama dan foto palsu, hingga menciptakan karakteristik sempurna yang menjadi standar ideal bagi oranglain. Obrolan melalui dengan orang asing di dunia maya memang sering kali lebih berkualitas daripada berbicara secara langsung sebab kita berbicara dengan orang yang memiliki minat yang sama dengan kita. Kualitas pembicaran adalah hal yang menjadi nomor satu tanpa di latar belakangi oleh penampilan fisik. Tidak jarang juga dijumpai kasus-kasus kopi darat yang mengecewakan seperti orang yang datang tidak sesuai dengan apa yang mereka lihat pada foto di sosial media. Hal tersebut yang membuat beberapa orang yang mengaku kurang memiliki fisik yang menarik lebih menyukai pembicaraan melalui media sosial atau internet. Sebab yang menjadi daya tarik nomor satu dari diri mereka adalah kelancaran komunikasi tersebut.
Pencarian pasangan baik secara langsung ataupun media sosial sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang dapat melengkapi satu sama lain. Namun yang harus kita ingat sebagai generasi millennials adalah kita harus benar-benar selektif dalam berteman dan memilih orang-orang yang akan secara nyata kita jadikan sebagai pasangan romantis di dunia nyata. Jangan sampai kita terbutakan dengan karakteristik palsu standar ideal yang tercipta dari masyarakat yang akan mengelabui pemikiran jernih kita.